Konsep Iman

KONSEP IMAN

  1. MAKNA DAN HAKIKAT IMAN

  1. MAKNA IMAN

  1. Definisi Iman

Menurut bahasa iman berarti pembenaran dalam hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.

Sedang iman menurut pandangan para ulama terdahulu, diantaranya adalah pendapat Imam Al-Baghawi R.A., beliau berkata :”Para sahabat, Tabi’in, dan para ulama sunnah mereka bersepakat bahwa amal shalih adalah bagian dari iman. Mereka berkata bahwasannya iman terdiri dari ucapan dan perbuatan serta keyakinan. Iman bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.[1]

Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam R.A. berkata:”Pandangan ahlus sunnah yang kami ketahui adalah apa yang disampaikan oleh para ulama kita yang kami sebutkan di kitab-kitab kami, yakni bahwa iman itu meliputi kumpulan niat (keyakinan), ucapan , dan amal perbuatan. Iman itu bertingkat-tingkat, sebagian berada di atas sebagian yang lain.”[2]

Imam Muhammad bin al-Husain al-Ajuri R.A.,berkata :”Ketahuilah , semoga Allah SWT memberi rahmat kepada kami dan anda, bahwasannya sesuatu yang diyakini oleh para ulam umat Islam adalah iman itu wajib bagi semua mahluq, yaitu membenarkan dengan hati, mengakui dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Ketahuilah, ma’rifah (mengenal Allah) dengan hati dan membenarkannya tidak cukup, kecuali jika disertai dengan pengakuan lisan dan keyakinan hati; dan ucapan tidak sah , kecuali apabila dibuktikan dengan amal perbuatan. Bila ketiganya (keyakinan hati, ucapan lisan dan amal anggota badan) terpenuhi, maka ia disebut Mukmin. Kitab, Sunnah, dan ucapan para ulama salaf R.A., telah menunjukkan hal itu.”[3]

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah: 277)

  1. Penjelasan Definisi Iman

“Membenarkan dengan hati” maksudnya adalah menerima segala apa yang di bawa oleh Rasulullah Saw.

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya” (Al-Hasyr: 7)

“Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya, mengucapkan dua kalimat syahadat, “La ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah” (Tidak ada yang di sembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah).

“Mengamalkan dengan anggota badan” maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.

Seperti dikatakan sebelumnya bahwa para ulama salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian iman. Dengan demikian iman itu bisa berkurang dan bertambah seiring dengan berkurang dan bertambahnya amal shalih.

  1. Dalil-Dalil Ulama Salaf
  1. Firman Allah Dalam Q.S Al-Mudatsir : 31

“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (Al-Mudatsir : 31)

Maknanya, di dalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman orang-orang mukmin, yaitu persaksian mereka akan kebenaran Nabinya berupa terbuktinya kabar beritanya sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab samawi sebelumnya (Zabur, Taurut, Injil).

  1. Q.S Al-Anfal : 2-4

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal : 2-4)

Di dalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman dengan mendengarkan ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang disifati oleh Allah, yaitu mereka yang jika disebut nama Allah tergeraklah rasa takut mereka sehingga mereka menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Mereka itulah orang-orang yang bertawakkal kepada Allah. Mereka tidak mengharapkan selain-Nya, tidak menuju kecuali kepada-Nya dan tidak mengadukan hajatnya kecuali kepada Allah. Mereka itu orang-orang yang memiliki sifat selalu melaksanakan amal ibadah yang disyari’atkan seperti shalat, zakat. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman, dengan tercapainya hal-hal tersebut baik dalam i’tiqad maupun amal perbuatan. Ketika nama-Nya disebut, keyakina mereka bertambah dengan mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selain-Nya, tidak menyerahkan hati mereka kecuali pada-Nya, tidak meminta kecuali kepada-Nya. Mereka mengetahui, Dialah semata yang mengatur kerajaan-Nya tanpa ada sekutu. Mereka menjaga pelaksanaan seluruh ibadah Fardlu dengan memenuhi syarat , rukun dan sunnahnya. Mereka adalah orang yang benar-benar beriman. Allah menjanjikan derajat yang tinggi disisi-Nya, sebagaimana mereka mendapat pahala dan ampunannya.

  1. Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah R.A, ia berkata bahwasannya Rasulullah bersabda,

“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama adalah ucapan ‘La ilaaha illallah’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedang malu itu (juga ) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahwa iman itu terdiri dari cabang-cabang yang bermacam-macam, dan setiap cabang adalah bagian dari iman yang keutamaannya berbeda-beda, yang paling tinggi dan paling utama adalah ucapan “Laa ilaaha illallah” kemudian cabang-cabang sesudahnya secara berurutan dalam nilai dan fadilahnyasampai pada cabang yang terakhir yaitu menyingkirkan rintangan dan gangguan dari tengah jalan. Adapun cabang-cabang antara keduanya adalah shalat, zakat, puasa, haji dan amalan-amalan hati seperti malu, tawakkal, khassyah (takut kepada Allah), dan sebagainya, yang kesemuanya itu dinamakan iman.

Diantara cabang-cabang ini ada yang bisa membuat hilangnya iman manakala ia ditingalkan menurut ijma’ ulama, seperti dua kalimat syahadat. Ada pula yang tidak sampai menghilangkan iman menurut ijma’ ulama, manakala ia ditinggalkan seperti menyingkirkan rintangan an gangguan dari tengah jalan.

Sejalan dengan pengamalan cabang-cabang iman itu, baik dari segi kuntitas maupun kualitasnya, maka iman bisa bertambah dan bisa berkurang.

  1. Sabda Rasulullah SAW, riwayat Abu Sa’id al-Khudri R.A, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya, jika ia tidak mampu makadengan lisannya, dan jika ia tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Hadits Muslim ini menuturkan tingkatan-tingkatan nahi munkar dan keberadaannya sebagian dari iman. Ia menafikan (meniadakan) iman dari seseorang yang tidak mau melakukan tingkatan terendah dari tingkatan nahi munkar yaitu mengubah kkemunkaran dengan hati.

  1. HAKIKAT IMAN

Alah Swt berfirman,

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal : 2-4)

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal : 74)

Penjelasan surat Al-anfal : 2-4 lihat halaman sebelumnya. Pada ayat yang ke-74 Allah menyifati para sahabat Rasulllah SAW, baik Muhajirin maupun Anshar dengan iman sebenar-benarnya, karena iman mereka yang kokoh dan amal perbuatan mereka yang menjadi buah dari iman tersebut.

    1. ISLAM dan IMAN

Di dalam Islam dan iman terkumpul agama secara keseluruhan. Sebagaimana Nabi SAW membedakan Islam, iman dan ikhsan. Dalam hadits berikut Bukhori dan Muslim meriwayatkannya dari Abu Hurairah,

Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim dan Bukhori)

    1. ISLAM

Rasulullah SAW banyak menamakan beberapa perkara dengan sebutan Islam, umpamanya: taslimul qalbi (penyerahan hati), salamatunnas minal lisan wal yad (tidak menyakiti orang lain dengan lisan dan tangan), memberi makan, serta ucapan yang baik. Semua perkara ini, yang disebut Rasulullah sebagai Islam mengandung nilai penyerahan diri, ketundukkan dan kepatuhan yang nyata.

Hukum Islam terwujud dan terbukti dengan dua kalimat syahadat, menegakkan shalat, membayar zakat, puasa ramadlan dan menunaikan haji ke Baitullah. Ini semua adalah syiar-syiar Islam yang paling tampak. Seseorang yang melaksanakannya berarti sempurnalah penghambaannya. Apabila ia meninggalkannya berarti ia tidak tunduk dan berserah diri.

Lalu penyerahan hati, yakni ridla dan taat, dan tidak menggangu oranmg lain, baik dengan lisan maupun tangan, ia menunjukkan adanya rasa ikatan ukhuwah imaniyah. Sedangkan tidak menyakiti orang lain merupakan bentuk ketaatan menjalankan perintah agama, yang memang menganjurkan kebaikan dan melarang mengganggu orang lain. Ketaatan seseorang dengan hal tersebut merupakan gambaran yang nyata tentang Islam. Hal tersebut mustahil dapat terwujud dengan pembenaran dalam hati (iman). Dan berbagai hal itulah yang disebut dengan Islam.

    1. IMAN

Seperti hadits di atas, Rasulullah Saw juga menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya. Itu semua adalah iman yang merupakan pembenaran batin. Tidak ada seuatu yang mengkhususkan iman  untuk hal-hal yang bersifat batin belaka. Justru yang ada adalah dalil yang menunjukkan bahwa amal-amal lahiriyah juga disebut iman. Sebagiannya adalah apa yang disebut Rasulullah SAW sebagai Islam.

Beliau juga menafsirkan iman kepada utusan Bani Abdil Qais dengan penafsiran Islam yang ada dalam hadits Jibril diatas. Rasulullah SAW bersabda, “Yang paling tinggi adalah ucapan Laa ilaaha illallaah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan.” Padahal apa yang terdapat di antara keduanya adalah amalan lahiriah dan batiniyah.

Beliau tidak memaksudkan hal-hal tersebut menjadi iman kepada Allah tanpa disertai iman dalam hati. Jadi syiar-syiar atau amalan yang bersifat lahiriah yang disertai dengan iman dalam dada itulah yang disebut iman. Dan makna Islam mencakup pembenaran hati dan amalan perbuatan, dan itulah istislam (penyerahan diri) kepada Allah.

Akhirnya dapat dikatakan, sesungguhnya sebutan Islam dan iman apabila bertemu dalam satu tempat maka Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan lahiriah, sedangkan iman ditafsirkan dengan keyakinan-keyakinan batin. Tetapi, apabila dua istilah itu dipisahkan, maka Islam ditafsiri dengan keyakinan dan amal, begitu juga iman.

Keduanya adalah wajib, ridlo Allah tidak dapat diperoleh dan siksa Allah tidak dapat dihindarkan kecuali dengan kepatuhan lahiriah disertai dengan keyakinan batiniah. Jadi tidak sah pemisahan keduanya.

  1. B. RUKUN IMAN DAN YANG MEMBATALKAN IMAN
  1. RUKUN IMAN DAN CABANG-CABANGNYA

  1. a. RUKUN-RUKUN IMAN

Arkanu” bentuk jama’ dari “ruknus syaiin / ruknun”, berarti sisi sesuatu yang paling kuat. Sedang yang dimaksud rukun iman adalah sesuatu yang menjadi sendi tegaknya iman.

Rukun iman ada enam, yaitu :

  1. Iman kepada Allah SWT,
  2. Iman kepada para Malaikat Allah,
  3. Iman kepada kitab-kitab Allah,
  4. Iman kepada para Rasul Allah,
  5. Iman kepada hari akhir/kiamat,
  6. Iman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang buruk.

Dalilnya adalah hadits tentang jawaban Rasulullah kepada Jibril di atas.

  1. b. CABANG-CABANG IMAN

Dalil cabang-cabang iman adalah hadits muslim dari Abu Hurairah RA.,Rasulullah SAW bersabda,

“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illaallah’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah tauhid, yang wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satupun cabang iman itu manjadi sah kecuali sesudah sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang yang palng rendah adalah menyingkirkan rintangan dari tengah jalan. Lalu di antara keduanya terdapat cabang-cabang yang lain, seperti cinta kepada Rasulullah SAW, cinta kepada saudara muslim seperti mencintai diri sendiri, jihad dan sebagainya. Beliau tidak menjelaskan cabang-cabang iman secara keseluruhan, maka para ulama berijtihad menetapkannya.

Sebagian dari cabang-cabang iman itu ada yang berupa rukun dan ushul, yang dapat menghilangkan iman manakala ia ditinggalkan, seperti yang mengingkari adanya hari akhir[4] dan sebagiannya lagi ada yang bersifat furu’, yang apabila meninggalkannya tidak membuat hilangnya iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti tidak memuliakan tetangga[5].

Terkadang dalam diri seseorang terdapat cabang-cabang iman dan juga nifaq. Maka dengan cabang-cabang nifaq itu ia berhak mendapatkan siksa, tetapi tidak kekal di neraka, karena dihatinya masih terdapat cabang-cabang iman. Siapa yang seperti ini kondisinya maka ia tidak di sebut mukmin yang mutlak,yang terkait dengan janji-janji tentang syurga, rahmat di akhirat dan selamat dari siksa. Sementara orang-orang mukmin yang mutlak juga berbeda-beda tingkatannya.

  1. c. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN IMAN

Pembatal iman adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk di dalamnya, yakni antara lain :

  1. Mengingkari rububiyah Allah,

Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (Al-Jatsiyah : 24)

  1. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah,

Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah. (An-Nisa : 172-173)

  1. Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah,

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Yunus: 18)

Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka. (Ar-Ra’d : 14)

  1. Mendustakan Rasulullah Saw tentang sesuatu yang beliau bawa,

Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku azab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.(Fathir : 25-26)

  1. Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah Saw tidak sempurna atau menolak suatu hukum syara’ yang telah Allah turunkan kepada beliau, atau meyakini bahwa selain hukum Allah itu lebih baik, lebih sempurna dan lebih memenuhi hajat manusia, atau meyakini di bolehkannya berhukum dengan selain hukum Allah,

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (An-Nisa : 60)

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. ( An-Nisa : 65)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Al-Maidah : 44)

  1. Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang muslim, dan masih banyak lagi yang lain,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-maidah : 51)

  1. C. PELAKU DOSA BESAR DAN DAMPAK MAKSIAT TERHADAP IMAN

  1. HUKUM PELAKU DOSA BESAR

Dosa terbagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil.

  1. a. DOSA BESAR

Yaitu setiap dosa yang mengharuskan adanya had di dunia atau yang di ancam oleh Allah dengan neraka atau laknat atau murka-Nya. Adapula yang berpendapat, dosa besar adalah setiap maksiat yang dilakukan seseorang dengan terang-terangan serta meremehkan dosanya.

Contoh dosa besar adalah sebagaimana disebutkan hadits Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Jauhilah olehmu tujuh dosa yang membinasakan. Mereka bertanya,’Apa itu ?’ beliau menjawab,’syirik, kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan riba, memakanharta anak yatim, melarikan diri pada waktu peperangan, menuduh berzina wanita-wanita suci yang mukmin dan lalai dari kemaksiatan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.(An-Nuur : 2).

Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-Nuur : 4)

Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, ()An-Nuur : 23).

Menurut madzhab Ahlussunnah orang yang melakukan dosa besar tidaklah menjadi kafir jika dia termasuk ahli tauhid dan ikhlas. Tetapi ia adalah mukmin dengan keimanannya dan fasik dengan dosa besarnya, dan ia berada di bawah kehendak Allah. Apabila Allah berkehendak mengampuni, maka ia di ampuni dan apabila tidak, maka ia akan disiksa di neraka karena dosanya, kemudian Allah mengeluarkannya dan tidak menjadikannya kekal di neraka.

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,  kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan : 68-70)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (An-Nisaa’ : 48)

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An-Nisaa’ : 116)

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Al-Hujurat : 9-10)

Segi istidlal (pengambilan dalil)nya: Allah tetap mengakui keimanan pelaku dosa peperangan dari orang-orang mukmin dan bagi para pembangkang dari sebagian golongan atas sebagian yang lain, dan Dia menjadikan mereka bersaudara. Dan Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk mendamaikan sesama saudara mukmin jika terjadi perselisihan. Namun demikian Allah ada firman Allah SWT menyatakan bahwa kita dilarang untuk berputus asa dari rahmat-Nya dalam firman-Nya ;

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar : 53)

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim : 8)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-Baqarah : 186)

Abu Said al-Khudri RA, mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Allah memasukkan penduduk syurga ke syurga. Dia memasukkan orang-orang yang Ia kehendaki dengan rahmat-Nya. Dan Ia memasukkan penduduk neraka ke neraka. Kemudian berfirman, ‘Lihatlah orang yang engkau dapatkan dalam hatinya iman sebesar biji sawi, maka keluarkanlah ia.’ Maka dikeluarkanlah mereka dari neraka dalam keadaan hangus terbakar, lalu mereka dilemparkanke dalam sungai kehidupan atau air hujan, maka mereka tumbuh di situ seperti biji-bijian yang tumbuh di pinggir aliran air. Tidaklah engkau melihat bagaimana ia keluar berwarna kuning melingkar?”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Segi istidlalnya, adalah tidak kekalnya orang-orang berdosa besar di dalam neraka, jikalau dihatinya masih ada iman walau hanya sebesar biji sawi (yang paling rendah), iman seperti ini adalah milik orang-orang yang penuh dengan kemaksiatan dengan melakukan berbagai larangan serta meninggalkan kewajiban-kewajiban.

  1. b. DOSA KECIL

Yaitu dosa yang tidak mempunyai had di dunia, juga tidak terkena ancaman khusus di neraka, apabila ia bertaubat dan tidak mengulangi kembali.

Ada pula yang berpendapat bahwa dosa kecil adalah setiap kemaksiatan yang dilakukan karena khilaf dan tidak henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya, sehingga rasa kenikmatannya dengan maksiat tersebut terus memudar.

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (An-Nisaa’ : 31)

(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (An-Najm : 32)

Hadits yang diriwayatkan oleh abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

“Di catat atas bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia mendapatkannya tidak mungkin tidak; maka dua mata zinanya adalah memandang, tangan zinanya adalah memegang, dua kaki zinanya adalah melangkah, dan hati adalah menginginkan dan mendambakan, hal itu dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya.” (HR. Muslim).

  1. DAMPAK MAKSIAT TERHADAP IMAN

Maksiat merupakan lawan dari ketaatan, baik itu dalam bentuk meninggalkan perintah ataupun menjalankan suatu larangan. Jadi maksiat berarti keluar dari ketaatan. Kemaksiatan adalah jalan menuju kepada kekafiran, dan kemaksiatan dapat melemahkan iman. Jika ia dilakukan karena ingkar atau mendustakan Allah maka ia bisa membatalkan iman, sebagaimana Allah menceritakan tentang Fir’aun dengan firman-Nya,

Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. (An-Naziat : 21)

Dan terkadang maksiat itu tidak sampai pada derajat tersebut hingga menghapus imannya, tetapi memperburuk dan mengurangi imannya. Maka siapa yang melakukan dosa besar seperti berzina, mencuri, minum-minuman yang memabukkan, tetapi tanpa meyakini kehalalannya, maka hilang rasa takut, khusyu’ dan cahaya dalam hatinya; sekalipun pokok pembenaran dan iman tetap ada dihatinya. Lalu jika ia bertaubat kepada Allah dan melakukan amal shalih maka kembalilah khassyah dan cahaya itu ke dalam hatinya. Apabila ia terus melakukan kemaksiatan maka bertambahlah kotoran dosa dalam hatinya sampai menutup dan mengunci hatinya (na’udzubillah !). Maka ia tidak mengenal yang baik dan tidak mengingkari kemungkaran.

Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya orang mukmin itu jika berbuat dosa maka terbentuklah titik hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkan dan beristighfar maka mengkilaplah hatinya. Dan jika menambah (dosa) maka bertambahlah (bintik hitamnya) sampai menutupi hatinya.” Itulah ‘rain’ yang dimaksud Allah dalam al-Qur’an,

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (Al-Muthaffifin : 14, HR. Ahmad)

Ada sebuah perumpamaan yang menggambarkan pengaruh maksiat atas iman, yaitu bahwasanya iman itu seperti pohon besar yang rindang. Maka akar-akarnya adalah tashdiq (kepercayaan) dan dengan akar itu ia hidup, sedangkan cabang-cabangnya adalah amal perbuatan. Dengan cabang itulah kelestarian dan hidupnya terjamin. Semakin bertambah cabangnya maka semakin bertambah dan sempurna pohon itu, dan jika berkurang maka buruklah pohon itu. Lalu jika berkurang terus sampai tidak tersisa cabang maupun batangnya maka hilanglah nama pohon itu. Manakala akar-akarnya itu tidak mengeluarkan batang-batang dan cabang-cabang yang bisa berdaun maka keringlah akar-akar itu dan hancurlah ia dalam tanah.

Begitu pula maksiat-maksiat dalam kaitannya dengan pohon iman, ia selalu membuat pengurangan dan aib dalam kesempurnaan dan keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya atau banyak sedikitnya kemaksiatan tersebut. Wallaahu a’lam !

  1. D. KESIMPULAN
  1. Iman adalah membenarkan dalam hati; menerima segala apa yang di bawa Rasulullah SAW, mengikrarkan dengan lisan; mengucapkan dua kalimat syahadat, mengamalkan dengan anggota badan; hati mengamalkan dengan keyakinan, anggota badan lainnya mengamalkan dalam bentuk ibadah sesuai dengan fungsinya.
  1. Iman dapat bertambah dan berkurang, seiring dengan bertambah dan berkurangnya amal shalih.
  1. Orang-orang yang beriman adalah orang yang apabila disebut nama Allah hatinya tergetar dan apabila mendengar ayat-ayat Allah keyakinannya bertambah.
  1. Islam adalah amalan-amalan lahiriah sedangkan iman adalah amalan-amalan batiniah, yang keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Seperti halnya seseorang tidak mungkin melaksanakan perintah Allah tanpa adanya keyakinan kepada Allah ataupun adanya hari akhir, dan sebagainya.
  1. Iman itu bercabang-cabang, cabang yang paling utama adalah tauhidubillah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari tengah jalan.
  1. Iman bisa batal dikarenakan beberapa hal, diantaranya : mengingkari rububiyah Allah, sombong serta nenolak beribadah kepada Allah, meminta kepada selain Allah, mendustakan Rasulullah SAW, membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang Islam, dan masih banyak lagi.
  1. Dosa terbagi dua; dosa besar dan dosa kecil. Dosa besar adalah dosa yang mengharuskan adanya had di dunia atau yang di ancam oleh Allah dengan neraka atau laknat-Nya. Sedang dosa kecil yaitu segala dosa yang tidak mempunyai had di dunia dan tidak terkena ancaman khusus di akhirat.
  1. Menurut ahlussunnah, pelaku dosa besar tidak menjadi kafir bila ia termasuk ahli tauhid dan ikhlas. Orang yang melakukan dosa besar tidak keluar dari Islam, terserah kepada Allah apakah akan mengampuninya atau menyiksanya dalam neraka, kemudian ia dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam syurga.
  1. Maksiat merupakan lawan dari ketaatan. Maksiat dapat mengurangi kadar iman, bahkan bisa menghilangkan iman dari dalam hati manusia. Semakin banyak ia berlaku maksiat dan tidak bertaubat, dan bertambah kemaksiatannya semakin berkurang imannya. Sehingga lama kelamaan, hatinya tertutup dan imannya hilang dari hatinya. Wallaahu a’lam.
  1. DAFTAR PUSTAKA
  1. Al-Qur’an dan Terjemah, Depag RI Tahun 2007
  1. Al-Wajiz, ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi, Pustaka As-Sunnah,
  1. Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, ‘Abdul Aziz bin Baaz, Pustaka Darul Haq,
  1. Kitab Tauhid 2, Tim ahli Ilmu Tauhid, Pustaka Darul Haq,
  1. Majmu’atul Fatawa, Ibnu Taimiyyah, Pustaka Darul Haq,
  1. Manhaj Aqidah Imam Syafi’i, Muhammad A.W. Al-‘Aqil, Pustaka As-Syafi’i,
  1. Mukhtashar Shahih Muslim, Al-Mundziri, pustaka Amani,
  1. Hadits Web.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

* * *


[1] Lihat kitab Syarhus sunnah ( I/38 ).

[2] Lihat kitab al-Iiman oleh abu ‘Ubaid (hal.66).

[3] Lihat kitab asy-syarii’ih oleh al-Ajuri (hal.119)

[4] Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (At-Taghabun : 7)

[5] Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa beriman kepada Allah dan hari     akhir hendaklah ia berbicara yang baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1 Komentar (+add yours?)

  1. budiman
    Mar 07, 2012 @ 07:48:47

    ista’dzin

    Balas

Tinggalkan komentar